• Beranda
  • Tentang Saya
  • Kategori
    • Review
    • Curcol
    • Parenting
    • Lomba Blogging
  • Portofolio
  • Daftar Isi
  • Kontak

Rahayu Asda


 

Inilah pengalaman saya melahirkan anak kelima pada tanggal 19 Oktober 2021

                Awal bulan Maret 2021 haid tidak datang, saya tunggu sehari, dua hari juga tak kunjung datang. Seingat saya terakhir datang bulan itu pada tanggal 3 Februari 2021. Badan rasanya nggak enak, malas saja bawaannya plus pusing dan mual “apa saya hamil ?” ucap saya membathin, “tapi rasanya nggak mungkin, kan sudah steril”  bathin saya kembali berargumen. Sebagai perempuan yang berkali-kali hamil tentu saya punya firasat dan hati kecil saya membenarkan jika saya mungkin hamil, sebab apa yang dirasa badan saat itu sama dengan awal-awal kondisi kehamilan yang sudah-sudah. Kemudian saya memberanikan diri ke bidan letaknya di Ladang kongsi, kampung sebelah. Saat itu posisi saya sudah tinggal di Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Solok Selatan.

                Selama perjalanan, saya bawa motor ketempat bidan, pikiran saya berkecamuk, “seandainya saya hamil, bagaimana ?, apalagi saat ini saya tinggal di kampung, nggak ada sinyal lagi, mau ke kota Kabupaten itu jaraknya 30 km, dengan kondisi kehamilan kelima tentu kontrolnya harus kedokter” hal-hal seperti itu yang menari dipikiran saya. Sampai di tempat bidan langsung beli testpack. Bu Bidan menawarkan untuk testpack saat itu juga, namun saya bilang, besok pagi saja bu bidan. Yap, testpack dengan urine dipagi hari kan hasilnya lebih akurat.

                Keesokan harinya sebelum wudhu untuk sholat subuh, saya test dan hasilnya garis dua alias positif. Nelangsa perasaan saya waktu itu, ya Allah ini bagaimana ? saya sudah steril  dua tahun lalu tapi ngapa bisa hamil lagi, ucap saya terus membathin. Ada rasa senang juga dihati kecil saya karena hamil dan punya anak lagi. Tapi melihat kondisi dan riwayat persalinan saya, itu yang selalu membuat saya khawatir. Dan saya kembali ke tempat bidan tersebut, beliau menghitung HPHT dan mengatakan jika usia kehamilan saya sudah masuk lima minggu. Bu bidan juga bilang, jika kesalahan pada saat steril atau dokternya lupa rasanya tidak mungkin, karena jarak dengan anak ke empat sudah hampir tiga tahun. Ada banyak kemungkinan dan pastinya adalah semua atas kuasa Allah swt kun fayakun. Selain memberikan saya buku pink adalah buku KIA (kesehatan Ibu dan Anak), Bu Bidan juga merekomendasikan dokter kandungan di Muaralabuh.

                Seminggu setelah dari bidan, ditemani suami saya pergi ke Muaralabuh untuk bertemu dengan dokter spesialis kandungan. Di Kota itu jadwal praktek dokter kandungan hanya sore dan malam hari. Dengan mengendarai motor, kami menempuh perjalanan sejauh 30 km menuju kota Muaralabuh. Alhamdulilah saat mendaftar antrian, malam itu dokter masih  ada operasi hingga jam 11 malam saya baru bertemu dokter. Dokter Ade Aulia SpOG tempat saya konsul pertama, beliau tidak kaget atau menakut – nakuti, seperti beberapa dokter yang saya temui di Tanjungpinang. Beliau juga bilang, sudah rezeki dari Allah. Ketika di USG kantung janinnya belum nampak, dan menyarankan untuk konsul kembali dua minggu lagi. Sebab kemungkinan bisa hamil diluar kandungan. Kami pulang kerumah melewati jalan yang rusak, dan nggak kebayang sebelah kanan bukit (hutan) sebelah kirinya sungai dan kami tiba dirumah jam 1 malam.

                Dua minggu setelah itu, saya kembali konsul dan tabarakallah posisi janin didalam kandungan, beliau tidak bisa memberi penjelasan banyak penyebab bisa hamil sebab bukan beliau yang menangani proses persalinan keempat. Kemungkinannya adalah saluran tuba yang dipotong menyatu kembali seperti orang yang patah tulang, dimana tulangnya menyatu kembali.  Dokter juga mengatakatan untuk proses melahirkan tidak bisa di Muaralabuh, dan harus dirujuk ke kota Padang, sebab di kabupaten Solok Selatan hanya ada satu rumah sakit dan peralatannya juga belum lengkap, diantaranya NICU untuk bayi yang belum ada.

                Memasuki usia kandungan 28 minggu, saya pindah sementara ke kota Padang sabagai persiapan persalinan. Sengaja saya memilih lebih cepat pergi ke Padang, disamping kehamilan yang semakin membesar, sangat riskan jika terjadi pendarahan atau emergency. Saya tinggal di kampung, nggak ada sinyal seluler, nggak ada mobil juga, dan jarak yang jauh ke kota Muaralabuh. Sering banget ibu hamil di kampung ini, jika melahirkan perlu penanganan dokter selalu dirujuk ke Padang ataupun ke Kota Solok. Nggak kebayang, sedang hamil besar menaiki ambulance dengan rute solok selatan – Padang yang jalannya kayak rolercoster.

                Konsul pertama di Kota Padang di RS. Siti Hawa dengan dokter Helga SpOG. Dokternya masih muda, menghadapi pasiennya tetap dengan bahasa minang J. Setelah tahu riwayat persalinan saya yang sudah 4 kali ceasar, beliau oke-oke saja. Sesuai saran etek adik ayah, untuk mencari second opinion saya juga konsul ke RSIA Mutiara Bunda di Ulak Karang dan bertemu dengan Dokter Kurnia Sari Saiful SpOG. Beliaulah yang membantu persalinan kelima. Dokter Kurnia banyak memberi penjelasan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada persalinan nantinya. Seperti seharusnya dengan riwayat persalinan saya, harus melahirkan di Rumah Sakit besar, saran beliau di RS. M. Jamil atau RS. Ibnu Sina dimana disana ada banyak dokter, stok darah dan ruang ICU jika terjadi pendarahan. Dan, yang paling di khawatirkan adalah jika terjadi pelengketan organ, itu yang nantinya akan menyebabkan perndarahan dan perlu ditangani oleh dokter bedah. Tapi jika memilih disini, katanya lagi bisa saja kebetulan suami dokter Kurnia adalah dokter bedah dan akan stanby bila di butuhkan. Lanjutnya lagi, apapun keputusan saya nantinya, tetap harus banyak berdoa dan sholat istikharah begitu saran dari dokter Kurnia.

                Setelah sholat istikharah, pilihan saya tetap melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda dengan alasan saat itu masih pandemi covid dan sangat risakan melahirkan di RS Besar. Pikir saya lagi, disamping itu dokter juga mengharuskan saya untuk menyediakan stok empat kantong darah dan karena saya sudah merasa tidak nyaman, persalinan saya maju 4 minggu dari HPL. Di usia kandungan 37 minggu, sebelum jadwal operasi saya dirawat dua hari untuk transfusi darah karena Hb saya rendan dan suntik pematangan paru janin terlebih dahulu. Agar ketika lahir bayi tidak dimasukkan keruangan NICU.

                Sebelum operasi, usg dulu dan alhamdulilah posisi plasenta sudah di atas. Barakallah pada tanggal 19 Oktober 2021 jam 13.00 wib, masuk ke ruang operasi, setengan jam setelah itu bayi perempuan anak kelima kami lahir dengan berat 3200 gram dan panjang 52 cm. Alhamdullah tidak ada pelengketan organ dan tidak ada pendarahan, jadi hanya tiga kantong darah yang terpakai, dua kantong sebelum melahirkan dan satunya lagi setelah melahirkan.

                Alhamdulillah kondisi saya saat ini sehat dan bayi Fatimah udah berumur 6 bulan. Saya sudah kembali beraktivitas mengajar, dan sudah bisa membawa motor, sesekali mengantar dan menjemput anak-anak dari sekolah. Ala kulli hal, semua yang terjadi pada kehidupan saya adalah karunia dari Allah Subhanahu wata’ala

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



III. Pengalaman melahirkan anak ketiga di RSUD provinsi Kepri.

                Anak ketiga lahir diusia saya yang belum genap 30 tahun. Pernah sih terbesit dipikiran waktu itu “yaah, sebelum umur 30 tahun, minimal udah punya anak tiga lah”.  Perkataan itu memang sebagian dari do’a. Allah aminkan ucapan saya, ketika anak kedua baru berusia 2 tahun dua bulan saya terlambat haid. Seingat saya waktu itu hari keduapuluh Ramadhan pertengahan tahun 2012. Badan rasanya memang nggak enakan, meriang dan mual. Pengalaman yang sudah dua kali merasakan proses kehamilan saya sudah menduga jika saat itu saya juga sedang hamil dan nyatanya setelah beli testpack hasilnya garis dua alias positif.

                Nano – nano rasanya,  senang iya, khawatir juga apalagi kedua anak yang masih balita. Namun apapun takdir dari Allah tetap harus di terima dengan lapang hati. Posisi saya masa itu sudah tinggal di Kota Tanjungpinang, selama kehamilan kontrol dengan dokter Defri, S,pOG yang saat itu klink tempat beliau prakter di kampung baru. Seperti ucapan dokter sebelum-sebelumnya karena udah pernah ceasar sebaganya dua kali, maka untuk anak ketiga juga proses melahirkannya harus ceasar. Fix ya, jadi pas anak ketiga ini memang udah mempersiapkan mental untuk melahirkan dengan tindakan operasi dan nggak perlu nunggu kontraksi. Saat kontrol dokter juga menawarkan untuk tindakan steril, namu suami masih belum memberi izin untuk dilakukan kb steril pada persalinan anak ketiga.

                Kata orang melahirkan ceasar nggak perlu nunggu sakit dulu atau kontraksi. Tapi tahukah kalian, semua ibu hamil, proses persalinan ceasar maupun normal selain merasakan mual, pusing dan muntah, semua ibu akan merasakan beratnya masa kehamilan, apalagi kehamilan yang semakin membesar, seperti : susah tidur, susah miring kekiri maupun kekanan,  dan yang paling sakit itu adalah rasa nyeri di perut bagian bawah terus nyerinya hingga kedua pangkal paha karena bayi akan mencari jalan lahir.

                Setelah minta rujukan dokter untuk melahirkan di RSUD Provinsi Kepri, hari Sabtu tanggal 23 bulan Maret 2013 siangnya ba’da zuhur saya dan suami berangkat ke Rumah Sakit, akibat rakit dibawah perut yang tidak tahan lagi. Sore itu juga dokter langsung mengambil tindakan operasi. Pada proses melahirkan anak ketiga ini yang paling saya ingat adalah selain dokter Defri tipikal dokter yang santai dan tidak menakut – nakuti pasien, diruang operasi asisten anestesinya adalah perawat perempuan, saya sampe saat  ini tidak kenal, selama proses persalinan terus saja membisikkan kalimat dzikir kepada saya. Selalu terus mengatakan dzikir ya bu, pusing bu, sesak bu jangan tidur ya bu” . Hal itu yang membuat saya merasa nyaman menghadapi persalinan anak ketiga dan pada hari Sabtu tanggal 23 bulan Mater tahun 2013 pukul 15.30 anak ketiga lahir dengan berat 3000 gram dan panjang 50 cm.       Oh iya saat anak pertama lahir usia anak pertama 4 setengah tahun dan anak kedua tiga tahu.

                Empat tahun berlalu, pada pertengahan tahun 2017, saya kembali merasakan pusing, mual dan meriang pastinya juga telat haid juga dan setelah beli testpack hasilnya pasitif. Untuk proses kelahiran anak keempat, bisa baca tulisan saya disini  Operasi  Ceasar Empat Kali, Mau Tau Rasanya?


Bersambung part 3disini 

CERITA KEHAMILAN

Lima Kali Melahirkan Secara Ceasar ? Mau Tahu Rasanya (part 3)


 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Operasi Caesar atau operasi sesar adalah salah satu proses persalinan atau proses mengeluarkan bayi dari rahim calon Ibu tanpa melalui jalan (liang) lahir atau vagina, melainkan melalui pembedahan yang dilakukan di perut Ibu (laparatomi) serta rahim (histerotomi) calon Ibu. Nah, disini saya akan ceritakan pengalaman melahirkan kelima anak dan semuanya melalui proses operasi ceasar. Tak banyak memang ibu yang bisa melahirakn ceasar sebanyak itu, bahkan dokter juga menyarankan hanya boleh tiga kali operasi ceasar. Tentu  akan ada pertanyaan kok bisa ceasar sih, apa tidak bisa diusahakan melahirkan secara spontan atau normal. Baiklah, saya akan ceritakan step by stepnya dari proses melahirkan anak pertama hingga anak kelima.

I.                    Kisah saya melahirkan anak pertama 24 September 2008

Awal Februari 2008 saya postif hamil anak pertama dengan usia kandungan 4 minggu. Saya menjalani kehamilan layaknya ibu-ibu hamil pada umumnya. Pusing, mual, muntah pada trimester pertama, yang demikian itu adalah suatu kewajaraan saya sangat bersyukur karena bisa menjalani masa-masa kehamilan secara normal selama sembilan bulan, hingga pada pada tanggal 23 bulan September yang juga saat itu bulan Ramadhan, jam dua dini hari saya sudah merasakan mulas dan keluar lendir bercampur darah. Karena belum ada pengalaman sama sekali juga ingat pesan almarhum ibu untuk melahirkan di rumah sakit, maka berangkatlah saya dan suami subuh itu juga ke RS AL Tanjungpinang.   Di Rumah sakit ada bidan jaga yang menangani saya, pas saat mengecek bukaan, baru bukaan pertama. Oleh bidan saya di suruh untuk berjalan-jalan agar bukaannya bertambah. Setiap beberapa waktu bidan mengecek bukaan, hingga malam hari bukaannya  bertambah hanya sampai bukaan 6.

Setiap nambah bukaan saya juga merasakan kontraksi dan sakitnya itu luar biasa.. jadi saya juga pernah merasakan rasa sakit menjelang melahirkan. Pada pagi harinya bukaan tidak bertambah, tidak terasa lagi kontraksi  dan gerakan bayi semakin melemah. Lalu dokter menyarankan untuk mengambil tindakan operasi. Suami setuju dan keluarga juga setuju, maka saat itu adalah operasi ceasar pertama dan oparasi ketiga yang saya alami selama hidup saya. Tepatnya hari Rabu, 24 September 2008 atau 24 Ramadhan, jam 10 pagi saya masuk keruang operasi.  Alhamdulillah operasi berjalan lancar, saat itu dokter anestesi mengambil tindakan bius lokal/ setempat (anastesi spinal), lahirlah bayi perempuan anak pertama kami dengan berat 3 kg dan panjang 50 cm. Setelah bidan memperlihatkan bayi saya dan jenis kelaminnya kemudian saya dibius seluruhnya. Adapun dokter yang membantu persalinan saya adalah dokter Basit SpOG.

Nah, seringkali saya dapat pertanyaan, kok bisa ceasar sih ? ya itu tadi, dari awal anak pertam akan lahir, bukaannya tidak maju-maju hingga diambilah tindakan operasi.



II.                  Pengalaman melahirkan ceasar anak kedua, 4 Maret 2010

Anak pertama usia 9 bulan, belum lagi bisa berjalan, baru bisa merayap dan tegak di dinding saya positif hamil anak kedua  juga dengan usia kandungan 4 minggu. Semua rasa bercampur saat itu antara senang juga khawatir. Khawartir sebab jarak  dengan anak pertama yang berdekatan. Saya menjalani masa kehamilan anak kedua dengan sangat berat. Dalam kedaan mual, pusing dan selalu ingin muntah saya tetap harus mengurus anak pertama yang sedang aktif, tidak bisa di tinggal juga harus selalu dalam pantauan. Karena menghadapi keaktifan anak pertama yang memang sedang masa-masanya belajar merangkak dan berdiri, rasa pusing dan mual tidak terlalu saya hiraukan.

Pada bulan Oktober 2009, di usia kandungan 5 bulan saya ikut suami ke Malaysia, disana suami mengajar pada salah satu ma’had tahfiz terletak di Bangi Selangor Malaysia dekat dengan kampus Universitas Kebangsaan Malaysia. Dengan suami, kami memutuskan untuk melahirkan di Malaysia karena biaya melahirkan jika nanti akan operasi ceasar lebih murah dari pada di Indonesia. Setiap dua minggu sekali saya rutin kontrol di klinik, kalau bahasa sininya pukesmas. Setiap kontrol selalu cek darah dan cek urine dengan biaya 30 ringgit Malaysia. Ada yang beda dengan di negara kita dimana, pemerintah disana sangat memperhatikan ibu hamil dan ibu-ibu yang akan melahirkan, Jika saya tidak datang kontrol ke klinik Bangi pada tanggal yang telah dijadwalkan maka perawat akan menelpon dan menanyakan alasan ketidakhadiran di klinik.

Memasuki usia kandungan 30 minggu saya dirujuk ke rumah sakit besar. Kami memilih untuk melahirkan di Hospital Putrajaya Malaysia. Disana saya bertemu dengan dokter yang lebih senior dan bertanya kondisi  kehamilan anak pertama secara detail seperti : usia anak pertama, jenis kelamin, alasan operasi ceasar pertama hingga berapa hari dirawat di rumah sakit ketika melahirkan anak pertama. Oleh dokter tersebut saya di usahakan untuk tetap melahirkan normal dengan catatan berat janin tidak boleh lebih dari 3 kg dan lagi saya disuruh menunggu sampai terasa kontraksi. Saat itu dokter bilang jika anak kedua nanti operasi maka, anak selanjutnya harus lahir secara ceasar, maka kali ini di usahakan untuk bisa melahirkan secara normal.

Hari berlalu, namun tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, sementara saya semakin kepayahan. Karena sudah tidak tahan lagi merakasan sakit di perut bagian bawah juga sel*gka*g. Saya kerumah sakit dan oleh dokter jam 2 siang atau jam 14, di ambil tindaka operasi. Maka  pada hari Kamis, 4 Maret 2010 lahirkan anak kedua kami berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3400 gram dan panjang 54 cm.

Jadi disini udah jelas ya anak pertama dan kedua lahirnya melalui tindakan operasi,

Yuk lanjut pengalaman melahirkan anak ketiga 

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar



Sebelum melahirkan anak keempat, dokter sudah menyarankan untuk steril karena riwayat tiga kali ceasar. Jika hamil lagi maka dikhawatirkan akan terjadi pelengketan organ dalam. Maka, tiga tahun lalu saat melahirkan Khadijah anak keempat kami, sudah langsung di steril.

Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang ditujukan bagi orang yang tidak ingin memiliki anak kembali.

Metode ini lebin aman dan tingkat akuratnya 100 persen tanpa efek samping ketimbang kb hormonal seperti pil dan suntik.

Biasanya dokter hanya menyetujui orang-orang yang akan di steril dengan riwayat tiga atau empat kali ceasar. Sudah memiliki anak laki- laki dan perempuan serta usia diatas 30 tahun.

Sterilisasi untuk perempuan dinamakan tubektomi dengan memotong, menutup, mengikat saluran tuba yaitu saluran yang menghubungi indung telur dengan rahim, ditutup agar sperma tidak masuk kedalam rahim supaya tidak terjadi pembuahan.

Setelah melahirkan anak keempat dan saat konsul jahitan operasi, untuk meyakinkan, saya kembali bertanya, “sudah disteril kan dok”?

“sudah, sudah diikat dan dipotong” jawab dokter yang membantu persalinan anak keempat

Kini usia sikecil sudah 3 tahun, Februari kemarin saya terlambat haid, sehari, dua, tiga hari masih dimaklumi dan setelah satu minggupun haid juga tak kunjung datang. Saya mulai gamang “apa jangan-jangan hamil ?” bathin saya bertanya-tanya. Karena selama ini siklus menstruasi saya selalu lancar dan tidak pernah telat lebih dari satu minggu. Terbesit niat untuk beli testpack,

Sayapun meluncur  ke polindes,

Kata bu bidan, “test disini saja bu”

Saya bilang, “dirumah saja bu, besok pagi”

Paginya saat bangun tidur, sebelum mengambil wudhu, saya test dan hasilnya sungguh diluar dugaan, ada tanda garis dua berwarna merah pada alat tersebut, berarti saya benar hamil. Perasaan saya langsung nelangsa, sudah steril mengapa bisa hamil?

Besoknya saya ke bidan dan menunjukkan hasik testpack,

Bidan  bilang, ada yang memang bisa hamil lagi setelah disteril atau bisa juga penebalan dinding rahim, untuk lebih tahu hasilnya memang harus ke dokter untuk USG.

Perasaan saya masih fifty-fifty, karena saya masih belum merasakan apa -apa layaknya orang hamil seperti mual dan pusing.

Lima hari setelah itu saya ke dokter kandungan,

Saat ke dokter kandungan hanya konsul saja, belum bisa di USG saat ini karena akan belum nampak kantong rahimnya, beliau menyarankan untuk USG transvaginal, namun saya menolak dan

Dokter menyuruh dua minggu lagi datang untuk USG.

Ada dua kemungkinan, jika terjadi pembuahan bisa hamil diluar kandungan dan hamil didalam kandungan. Dan jika terjadi sakit perut yang hebat hingga tidak bisa berjalan maka harus segera ke UGD karena kemungkinan hamil diluar kandungan tentu akan dilakukan tindakan operasi, begitu saran beliau.

Dua minggu berlalu, mual dan pusing mulai saya rasakan. Kembali ke dokter kandungan dapat antrian terakhir, jam 9 malam saya mesuk keruang praktek dan oleh perawat saya langsung disuruh untuk berbaring, perawat mengoleskan gel keperut saya, lalu dokter mulai melalukukan USG, maka nampak di layar monitor seukuran tv 21 inchi menempel didinding  tepat didepan saya berbaring. Sudah nampak kantong rahim dan janin yang berukuran 2,29 cm dengan usia kandungan 9 minggu. Artinya saya fix hamil didalam kandungan.

Dokterpun menjelaskan, mengapa bisa terjadi pembuahan. Bisa jadi saluran tuba yang di potong dahulu menyatu kembali, ibarat orang patah tulang yang lama kelamaan tulang akan menyatu kembali. Namun sayangnya beliau tak bisa banyak memberi penjelasan karena bukan beliau yang membantu persalinan saya sebelumnya

Ya, saat ini saya sedang di Sumatera Barat, sementara anak- anak saya sebelumnya lahir di Tanjungpinang.

“Tapi ibu jangan khawatir, ada dua pasien saya dulunya juga begini”. Ucap beliau menenangkan.

“Saya juga tidak tahu bagaimana prosesmemotongnya, mungkin tipis khawatir terkena pembuluh darah” ujarnya lagi.

Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan mengapa bisa terjadi pembuahan. Namun satu kemungkinan yang tak dapat dipingkiri bahwasannya semuanya adalah kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Jika Allah berkehendak “Kun fayakun”

Mohon do’a sahabat semua agar saya bisa melalui masa-masa kehamilan dan persalinan dengan sehat, lancar dan bahagia

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Kehamilan adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT  maka sepatutnya kita harus menjaganya dengan baik.Selain kita harus memakan makanan yang bergizi. Kita juga wajib untuk mengetahui usia janin di  dalam perut kita. Agar  kita dapat memprediksi kapan janin akan lahir.  Ada berbagai cara dalam menghitung usia kehamiland alam islam. Cara  menghitung usia kehamilan tersebut juga sudah mengikuti zaman  yang ada. Anda juga tak perlu cemas apakah Islam sudah mengkajinya. Hal ini dikarenakan Al-Quran pun sudah memaparkan penjelasan mengenai janin terbentuk.  Dengan bentuk Hadist akan memperkuat bagaimana cara menghitung usia kehamilan berdasarkan ajaran Islam.  Untuk lebih Jelasnya lagi berikut beberapa referensi menghitung usia kehamilan menurut Islam.

1. Mengukur Puncak Rahim (Tinggi Fundus)

Cara pertama ini mungkin terlihat kurang meyakinkan namun islam sudah menjelaskan bahwa hal ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan. Sebelum ada kecanggihan teknologi, mengukur dengan cara ini banyak dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Cara yang dilakukan bisa dengan  3 cara pengukuran:

a. Mengukur Dengan Jari Tangan

Anda bisa mengetahui usia kehamilan dengan jari tangan anda dari puncak rahim hingga tulang kemaluan. Coba Anda ukur berapa jarak puncak rahim dari tulang kemaluan. Taruh dulu dua jari tangan Anda. Jika masih kurang tambahkan lagi. Lakukan seterusnya hingga mencapai tinggi yang pas dari puncak rahim hingga tulang kemaluan. Jika Anda ukur setinggi ukuran 4 jari tangan. Maka Anda sudah memasuki usia 4 minggu.

b. Mengukur dengan alat Meteran

Alat meteran yang digunakan adalah yang biasanya digunakan tukang jahit. Anda bisa menggunakannya untuk mengukur puncak rahim hingga tulang kemaluan. Caranya coba dari garis dari 0 cm di tulang kemaluan. Kemudian Tarik hingga puncak rahim. Jika setelah Anda ukur jaraknya kurang lebih 24 cm maka Anda sudah memasuki usia kehamilan 7 bulan. Kemudian coba Anda ukur terus. Jika semakin bertambah, misalnya bertambah 2 cm menjadi 26 cm maka Anda sudah memasuki usia 8 bulan.

2. Melihat Bagimana Janin Terbentuk

Dalam Islam sudah dijelaskan mengenai pembentukan janin di dalam kandungan. Misalnya di usia kehamilan berapa telinga akan terbentuk dan sebagainya. Maka cara ini bisa Anda ketahui untuk mengetahui usia kehamilan Anda. Pada usia kehamilan memasuki harike 56 misalnya, jari, mata dan kemudian telinga sedikit terbentuk. Lalu kepala juga sudah mulai membentuk agak sempurna. Kemudian telinga akan sempurna terbentuk pada usia kehamilan memasuki minggu ke 10 atau 11. Kemudian bulan ke 4 akan mulai terlihat alat kelamin janin, maka tak heran jika Anda sudha bisa mengetahui jenis kelamin janin Anda di bulan ini. Kemudian memasuki minggu ke 22 alis, kelopak mata dan bulu mata janin Anda akan mulai terbentuk sempurna.

3. Dengan USG

Mengetahui usia kehamilann dengan cara yang satu ini bisa menjadi pilihan yang tepat bagi Anda. Jika Anda tak mau repot-repot melakukannya sendiri yaitu dengan alat USG. Islam tidak pernah melarang kita untuk menggunakan alat yang modern jika hal tersebut bermanfaat dan tidak melenceng dalam ajaran Islam. Pergilah kerumah bersalin untuk memeriksakan usia kehamilan Anda dengan USG. Selaindokterakanmemberitahuberapausiakehamilananda. Anda juga ikut mengetahui bagaimana kondisi janin Anda di dalam. Dari mulai mendengar detak jantungnya hingga melihat bagaimana posisi janin Anda sekarang.

Share
Tweet
Pin
Share
14 komentar

Tak banyak memang perempuan yang berani hamil dan melahirkan secara sc untuk keempat kalinya, di sini saya akan berbagi pengalaman dari awal kehamilan hingga melahirkan dengan tindakan operasi, juga cerita tentang mioma semasa kehamilan.
Berikut catatan masa kehamilan hingga melahirkan.
Sebulan  setelah idul fitri setahun lalu,  saat awal tahun ajaran baru dan anak-anak mulai kembali kesekolah. Saya  tidak mendapatkan haid yang sudah telat beberapa hari. pusing,mual, dan tiba-tiba saja ada perasaan malas untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah dan inginnya hanya tidur-tiduran. Terasa ada yang lain, beli test pack, bagun pagi keesokan hari cek urine, benar positif garis dua.
Perasaan campur aduk kala itu, ada rasa bahagia  karena Allah telah menitipkan kembali amanah kepada kami, takut dan khawatir karena mau tidak mau, persalinan nantinya juga harus dengan tindakan operasi. Sectio Ceasarea untuk keempat kalinya, dengan itu juga sejak tahun 2004 hingga 2018 saya akan masuk keruang operasi untuk keenam kalinya. Mendengar kata operasi atau pembedahan, terdengar ngeri, tapi bagaimanapun keadaan, saya harus meyakinkan diri bahwa semuanya itu akan baik-baik saja.
Setelah positif hamil dengan hasil test pack, saya tidak langsung buru-buru kedokter kandungan. Hanya periksa tensi kepukesmas dekat rumah sambil jemput anak sekolah. Cek di pukesmas tensi tinggi, Dokter pukesmas tak berani kasih obat, karena saya lagi hamil. Sejak awal tahun 2017 saya memang sering sakit kepala yang luar biasa, rasanya ingin sekali membenturkan kepala kedinding agar sakit itu segera hilang dan terasa pegal di pundak. Waktu itu cek dipukesmas tekanan darah saya 150/100. Senewan memang, mau tau rasanya kalau tensi tinggi, rasanya kepengen makan orang. Halaahh.
Dokter bilang, obat penurun tensi hanya untuk orang yang sudah lanjut usia,  seperti saya yang usia produktif  hanya jaga pikiran dan mengatur pola makan juga banyak istirahat. Ha ha, kalau untuk  banyak pikiran, siapa sih orang yang nggak banyak pikiran, atur pola makan mungkin kurangi garam, istirahat mungkin juga, intinya jangan sering begadang. (maklum emak-emak penulis, sering jadi kelilawar begadang malam buat nulis, aslinya nonton HBO wkwkwk). seorang teman menyarankan untuk makan satu suing bawang putih setiap pagi hari juga buat parutan timun. Alhamdulilah seminggu reaksinya sudah terasa, dan pikiran serta kepala saya kembali normal.
Dua minggu kemudian, bersama suami pergi kedokter kandungan. Niatnya mau ke klinik  Alaza  dibatu 5, cuma karena malam itu pasien full. Rupaya daftar untuk mengambil nomor antrian harus jam 8 pagi.  Suami bilang, sambil jalan pulang, coba cek dokter di batu empat, mana tahu masih terima pasien. Sambil lewat batu empat, ternyata praktek dokternya masih menerima pasien. Waktu hamil anak pertama memang kontrolnya disitu juga. Satu jam lebih juga saya menunggu hingga nama saya di panggil, tensi agak tinggi juga waktu itu. Ketika membaca riwayat persalinan dokter nanya, “mengapa waktu melahirkan anak ketiga, tidak langsung steril,”. Saat akan operasi anak ketiga dokter memanga nyaranin steril, Cuma suami masih belum izin.  Saya bilang juga saya ada mioama di rahim, dua tahun lalu pernah usg tranvaginal di dokter Maryam. Pas di usg kehamilan sudah memasuki usia 7 minggu, miomanya masih satu centi, dokter jelaskan, kehamilan saya  beresiko keguguran, karena mioma akan berebut makanan dengan janin. Resiko lainnya bayi saya akan lahir premature, juga saat persalinan siap kan kantong darah karena saat mioma diangkat akan terjadi pendarahan.
Dengar kantong darah, pendarahan langsung lemas seluruh persendian. Takut, pastilah bukankah penyebab kematian pada ibu bersalin karena pendarahan. Dalam perjalanan pulang, perasaan saya galau maksimal. Suami bilang, tak usah kontrol kesana lagi. Gara-gara itu saya nggak bisa tidur, buka laptop tanya babang gogel, mana tahu ada yang mau berbagi cerita, baca-baca blog orang, temulah saya kisah ibu hamil dengan mioma, bahwa selama hamil mioma juga akan terus membesar. Tapi penulis blog cerita jika persalinannya oke dan tidak ada kendala apalagi pendarahan. Parno saya mulai berkurang dan hati pun agak lega, nyatanya nggak seseram yang dibayangan.
Sebulan kemudian, saya cek kehamilan ke keklinik Alaza, kontrol dengan dokter  Defri yang membantu persalinan saya ketiga, lima tahun lalu. Setelah dari dokter Defri, perasaan khwatir jadi mulai berkurang. Kehamilan saya oke dan tidak ada masalah, resiko pendarahan dan pecah rahim insyaallah tidak, untuk mengatasinya kata dokter di ikat pembuluh darah agar tidak terjadi  pendarahan.
Awal kehamilan,keluhan yang dirasakan sama seperti keluhan ibu hamil pada umumnya, pusing, mual dan muntah. Tapi alhamdulilah selama hamil dedek Khadijah saya tidak ada muntah sama sekali. Rasa pusing dan mual mulai berkurang ketika  sudah masuk minggu ke 16 atau bulan keempat. Namun pada bulan keempat itu juga saya mulai merasakan nyeri pada jahitan bekas operasi terdahulu. Perut saya juga sering keram/ kontraksi itu sudah terasa di bulan keempat. Kontrol lagi kedokter, katanya nggak apa, dokter bilang tak apa, saya pun jadi tidak khawatir.
Semua itu berlanjut hingga perut saya mulai membesar, nyeri bekas jahitan operasi mulai sering terasa. Jika nyeri datang saya bawa istirahat dan tidur. Kalau sudah kecapeaan atau banyak melakukan aktivitas perut saya mulai keram. Dokter tetap mengharuskan saya untuk menunggu sampai usai bayi 38 minggu  dan menjadwalkan operasi tanggal 5 atau 6 April 2018. Menjelang 38 minggu saya sudah mulai kepayahan. Perut yang membesar membuat sulit melakukan aktiivtas, tidur juga tak nyaman. Karena gerakan janin sudah mulai berkurang, saya minta jadwal operasi dimajukan. Ceritanya bisa dilihat disini.
Minggu tanggal 1 April operasi dijadwalkan suami minta operasinya malam,  katanya ambil berkah malam Senin. Saya memilih bersalin di klinik dari pada di rumah sakit, dengan pertimbangan membawa anak-anak untuk nginap diklinik selama saya dirawat. Selesai magrib saya di telpon oleh bidan untuk segera turun, buat persiapan operasi. Saya sholat jama’ magrib  dan Isya, sebab operasi akan dimulai jam 20.00 wib. Sebelum masuk keruang operasi, dua orang bidan melakukan pemeriksaan, tekanan darah, mengambil sample darah untuk mengecek HIV, hepatitis dan Spilis. Alhamdulillah kesemuanya negativ. Kemudian bidan mnyuntikan test  alergi antibiotic di tangan kanan, mau tau rasanya, seperti tersengat listrik perihnya luar biasa dan berlangsung beberapa menit.
Setelah semua persiapan selesai, tepat jam 20.00 wib, saya masuk keruang operasi. Dalam ruang tersebut ada tiga dokter, satu bidan dan satu orang asisten anastesi.  Sebelum operasi dilaksanakan, di pasangkan keteter urine, juga suntik bius di punggung, suntik bius itu sakitnya luar biasa, badan saya dipegang oleh asisten anestesi, disuruh tarik nafas ketika disuntik, satu, dua kali dicoba masih gagal, hingga ketigga kalinya disuruh tarik nafas baru disuntik ditempat yang tepat agar obat biusnya bekerja.

Baca Juga :
Lho, PMI Kok Tutup ??
Melahirkan Ceasar Empat Kali, Mungkinkah?
Saat operasi berlangsung, saya di buat ngantuk, asisten anestesi bilang “ibu tidur saja nggak papa”. Beberapa menit kemudian perut terasa seperti digoncang-goncang, seketika itu terdengar nyaring tangisan bayi. Pukul 20.20 wib bayi perempuan lahir, anak keempat kami lahir dengan berat 3760 gram dan panjang 52 cm. Pukul 21.00 wib operasi selesai, saya langsung di antar ke kamar rawat inap. Oleh dokter anastesi, saya sudah di bolehkan minum teh hangat, namun badan belum boleh miring kiri maupun kanan hingga jam 8 malam keesokan hari. Alhamdulilah operasi malam itu berjalan lancar.
Catatan penting selama kehamilan dan persalinan.
-          - Apa yang dikhawatirkan selama hamii dengan berbagai resiko seperti prematur, pendarahan,pecah rahim , alhamdulilah tidak terjadi.
-         -  Bayi Khadija lahir dengan selamat, cukup bulan 38 week dengan berat 3,7 kilogram dan panjang 52 cm.
-        -  Menjelang melahirkan, alhamdulilliah tensi saya kembali normal, yang sebelumnya bikin saya senewen 160/90.
-          - Mioama 3 centi pas USG bulan ketiga, sampai melahirkan hilang dengan sendirinya.
-           - Saat oparasi memang sudah stanbay 2 kantong darah karena Hemoglobin rendah 8,4.

-       - Hamil anak keempat ini, banyak hal -hal luar biasa yang saya rasakan dimana saya tetap produktif menulis, membuat tutorial template blog dan mengisi training blogging secara online.      
***Tulisan ini ditulis ketika usia baby Khadijah berumur 51 hari, kondisi saya sudah fit, sudah bisa berkaktivitas seperti biasa.




Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar

pict : google
Setelah 21  hari saya melahirkan, rasanya kondisi badan sudah mulai fit. Seperti niatan semasa hamil akan saya ceritakan pengalaman melahirkan baby Khadijah secara ceasar untuk keempat kalinya. Nantinya saya akan membagi kisah ini  ke dalam beberapa bagian secara bersambung.

Tidak semua orang yang berani untuk ceasar keempat kalinya, bahkan beberapa dokter melarang dan ada juga yang setelah tiga kali sc dokter menyarankan untuk steril atau tubektomi

1. Mengapa Berani Hamil Lagi

Keberanian untuk hamil anak keempat di awali saat saya hamil anak ketiga. Saat itu yang menangani persalinan saya adalah dokter Defri SpOg.

Waktu itu Ramadhan tahun 2012, memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, terasa ada sesuatu yang berbeda, haid yang belum kunjung datang disertai pusing dan mual. Naluri sebagai seorang perempuan takkan salah. Hasil testpack menunjukkan garis dua dan benar saya hamil. Malam idul fitri, saya memeriksakan diri kedokter kandungan. Malam itu hanya tempat praktek dokter tersebut yang buka. Hasil USG menunjukkan jika saya hamil 5 minggu. Membaca riwayat kehamilan saya yang telah menjalani 2 x operasi ceasar, sang dokterpun menjelaskan berbagai resiko karena telah dua kali ceasar seperti pendarahan dan pecah rahim dan lainnya yang bikin orang nggak ngerti ilmu kedokteran seperti saya langsung ingat mati.
Khawatir, siapa sih yang tidak khawatir mendengar penjelasan seperti itu. Namun, dokter kandungan tidak hanya satu di kota ini, harus cari dokter lain yang tidak menakut-nakuti pasien..

Hamil empat bulan, saya sempat tinggal di Bogor, saya serching digoogle mencari dokter kandungan yang recomended. datanglah saya ke klinik Az Zahra (kalau tak salah). Konsul dengan Seorang dokter kandungan perempuan yang murah senyum, namanya Dokter Gharini Paramita, beliau banyak bertanya seputar riwayat kehamilan saya. Konsul dengan beliau membuat ketakutan saya selama ini sedikit berkurang. Tapi tetap katanya untuk proses melahirkan ketiga harus dengan operasi ceasar.

Usia kandungan 5 bulan, saya pulang kembali ke Tanjungpinang. Masih bingung mau periksa kehamilan dimana, ikut kata suami saja dan pas kebetulan ada dokter baru tak jauh dari rumah ayah saya..Periksalah saya kesana dengan Dokter Defri, beliau  tidak menakut nakuiti, semuanya oke,  namun harus tetap melahirkan secara ceasar.

Bagi saya itu sudah konsekwensi karena telah dua kali ceasar. Dokter di Malaysia saat saya melahirkan anak kedua juga bilang "kami tetap cuba puan untuk melahirkan normal, sebab jika puan sudah dua kali ceasar,maka anak ketiga nantinya juga harus ceasar". Saat itu dokter di Malaysia tetap menyuruh saya menunggu agar bisa melahirkan normal
Anak kedua, dengan syarat berat baby di bawah 3 kg.
Namun apa dikata, saya tetap harus operasi karena bayi saya telah 3,4 kg dan tidak ada tanda tanda bayi masuk kepanggul.

Sebulan mendekati HPL, saat kontrol saya tanya "Dokter, setelah ceasar ketiga, apa nanti saya bisa hamil lagi anak keempat?. Beliau menjawab, itu tergantung ketebalan rahim dan nanti di lihat saat operasi ceasar.

Adam usia 3 bulan
Lima tahun lalu, di usia kehamilan 37 minggu, tanggal 23 Maret 2013 pukul 3.30 sore lahirlah seorang bayi laki-laki anak ketiga kami yang diberi naman Adam Achmad, di Rumah Sakit Umum Daerah Kepulauan Riau tahun 2013. Alhamdulillah proses persalinanya lancar, bayi cukup bulan 37 minggu dengan berat 3 kg dan panjang 50 cm. Gambaran pendarahan, pecah rahim dll, Alhamdulillah tidak terjadi. Semuanya oke, bayi sehat dan saya sehat dan selamat. Alhamdulillah

Ketika kontrol kembali untuk buka jahitan, Dokter bertanya "nanti mau pakai KB apa?, saya masih bingung memilih KB hormonal maupun memasang IUD, sebab selama ini masih aman dengan KB alami. "Jadi gimana dengan rahim saya dokter" tanya saya
"ohh rahimnya masih tebal, masih bisa kok punya anak lagi"


Catatan :

Jika anda telah dua kali ceasar dan hamil lagi anak ketiga, tanyakan ke dokter apa nanti masih bisa hamil anak keempat.
Kalau memang niat ingin menambah lagi

Baca Juga :
Lho, PMI Kok Tutup ??

Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
Older Posts

Penulis


Ibu lima anak, lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Arab yang senang menulis, dan sekarang berprofesi sebagai ghost writer, content writer dan blogging mentor
Baca Selengkapnya >

: hafizhafizah32@gmail.com

: +62853 6423 8802


Komunitas


Yang Banyak Dibaca Bulan Ini

  • Menampilkan Blog Mobile Friendly Pada Blogspot
    Cara termudah agar tampilan blog anda mobile friendly adalah dengan mengatifkan fitur seluler dengan cara : 1. Masuk ke ha...
  • LOMBA MENULIS CERPEN DEADLINE AGUSTUS 2015
    Perlombaan menulis cerita pendek dengan tema “Damn! I’m in Love” sebagai rangkaian dari acara Psychofest (Psychology Festival) 2015. Peser...
  • Inilah Khasiat Kurma Muda Yang Belum Kamu Ketahui
    Dokumen Pribadi Kata orang, wanita hamil itu suka makan yang asem-asem seperti mangga muda atau kedondong. Namun sejauh pengalaman say...
  • Ingin Mendapatkan Uang Dari Blog? Begini Caranya
    Sejak postingan saya di facebook tentang penghasilan dari googe adsense, banyak yang bertanya bagaimana sih ngeblog itu bisa menghasil...
  • Ogura Batam : Cake Zaman Now Dan Kisah Sedih Dibaliknya
    Foto : rahayuasda Karena sedang hamil muda selera saya pun kepengen yang macam-macam. Apalagi gaweannya tiap hari melototin facebook, ...

Tulisan Terbaru

Categories

  • Blogging
  • Cerita Kehamilan
  • Curcol
  • Harbolnas1212/2017
  • Info Lomba
  • Jalan - jalan
  • Kehamilan
  • Parenting
  • Penulis Zana Now
  • Resep
  • Review
  • Storytelling
  • Tentang Saya

Facebook

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  March (1)
      • Kenapa Menulis?
  • ►  2024 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  April (4)
  • ►  2021 (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (31)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (7)
    • ►  August (4)
    • ►  July (7)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (38)
    • ►  December (5)
    • ►  November (9)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (89)
    • ►  December (11)
    • ►  November (9)
    • ►  October (12)
    • ►  September (8)
    • ►  August (9)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (3)
    • ►  April (8)
    • ►  March (7)
    • ►  February (2)
  • ►  2016 (21)
    • ►  August (1)
    • ►  July (11)
    • ►  June (4)
    • ►  May (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2015 (28)
    • ►  October (1)
    • ►  July (25)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2010 (1)
    • ►  June (1)

Created with by ThemeXpose | Copy Blogger Themes