Karena alasan
pertimbangan anak, akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari SMP
Islam Terpadu tempat saya mengajar. Saat itu usia si sulung belum genap tiga
tahun dan adiknya baru setahun lebih. Ada rasa tak tega jika saya harus
menitipkan kedua buah hati saya seharian pada tempat penitipan di usia emas
mereka. Karena alasan itu saya mengundurkan diri. Tentu hal itu membuat
orangtua saya sedikit kecewa dengan pilihan saya untuk fokus mengurus anak-anak
dirumah. Padahal setelah berhenti
bekerja, saya tidak hanya menjadi ibu rumahan, yang hanya tok mengurus rumah, anak dan suami. Saya banyak membantu pekerjaan suami yang saat itu
membuka usaha property. Seperti membuat peta lokasi, desain tanah kavling,
brosur dan lainnya. Kebetulan juga suami adalah seorang penulis, menerima
beberapa orderan dari pemerintah, maka saya
juga yang melayout cover buku dan urusan cetak mencetak. Tapi tetap saja
saya masih dianggap ibu rumah tangga yang pengangguran.
Semuanya
berlangsung hingga saya melahirkan anak ketiga. Komentar negatif masih mampir di kuping saya, soal sayang ijazahnya,
atau sarjana kok nganggur, atau yang lebih sadis lagi buat apa sekolah tinggi
yang nanti ujungnya kedapur juga. Galau pasti, siapa sih yang tidak ingin
sukses dalam karirnya. Untuk mengatasi kejenuhan, saya mulai menata kembali blog
saya yang telah bertahun tidak diisi. Kemudiain saya mulai mengikuti berbagai
training yang diadakan secara online baik itu di grub facebook, whatsapps
maupun telegram. Saya mulai mengadd pertemanan dengan beberapa emak penulis,
emak blogger, emak olhshop yang semuanya adalah
juga seorang sarjana dan memilih tetap produktif dari rumah. Lambat laun
kepercayaan diri saya mulai tumbuh dan saya semakin menemukan apa yang saya
cari selama ini. Jujur saya katakan, ketika
bertahun lalu saya meraba-raba membuat blog, bahwa saya memang ingin dapat duit
dari blog tersebut. Karena niat yang keliru itu akhirnya blog saya ditinggalkan
begitu saja. Hingga saya mulai merubah niat saya ngeblog hanya sekedar untuk mengeluarkn unek-unek dan menyalurkan
hobi nulis saya selama ini yang dulunya sering menulis diary. Saya mulai
konsisten menulis dan memposting segala unek-unek saya di blog pribadi. Bagi saya ngeblog
adalah salah satu cara saya menjaga kewarasan.
Tanpa Terasasa aktivitas blogging saya
membuahkan hasil. Ada beberapa tawaran endors dari teman, menerima job review ,
menerima jasa desain blog serta saya diminta untuk menjadi mentor blogging
secara online. Lumayan juga jika di hitung bisa lebih dari 1000K dalam sebulan.
Bagi saya si emak-emak rumahan yang suka rempong dengan semua kerjaan, nominal
segitu udah banyak banget buat saya he he he. Dan pastinya hal itu menambah
semangat saya untuk terus menekuni dunia blogging. Namun yang namanya cita-cita
pasti ada hambatannya. Hambatan terbesar saya yaitu harus rebutan laptop dengan
anak-anak. Anehnya jika saya mengerjakan kerjaan suami, anak-anak nggak bakal
ganggu, tapi lihat saya buka facebook saja mereka udah langsung tahu jika saya akan mengetik artikel.
Langsung deh semuanya pada pasang aksi ingin menguasai laptop. Hal ini
dikarenakan dirumah sengaja kami tidak menyediakan televisi. Apalagi anak
ketiga yang pantang sekali melihat saya membuka laptop. Pasti sudah ditowel –
towelnya pinggang saya. Maka sebagai emak yang sayang anak terpaksa saya harus mengalah
dan mengetik dimalam hari. Belum lagi laptop yang saya pakai saat ini usainya
sudah hampir 6 tahun. Masih okelah jika digunakan untuk mengetik. Tapi ya itu
tadi karena si lepi keseringan di pencet-pencet bocah, maka jika panas sedikti
saja si lepi mulai merajuk.
Berikut main space
dari notebook ASUS X555QA :
Artikel ini diikutsertakan dalam pada Blog Competition ASUS AMD Laptop For Everyone yang diselenggarakan oleh bocahrenyah.com


































