• Beranda
  • Tentang Saya
  • Kategori
    • Review
    • Curcol
    • Parenting
    • Lomba Blogging
  • Portofolio
  • Daftar Isi
  • Kontak

Rahayu Asda


        Siapa yang tidak kenal dengan Batam, Kota industri dengan jalur pelayaran internasional. Kota persinggahan karena berbatasan langsung dengan negara Singapura dan Malaysia. Dari Batam menuju Singapura hanya memakan waktu 45 menit perjalanan dengan menggunakan kapal ferry. Biaya tiket pulang pergi Batam – Singapura hanya sekitar 500 ribu rupiah.  Maka tak heran jika banyak wisatawan yang singgah ke kota ini jika ingin terus melihat-lihat Singapura maupun Malaysia.

                Peluang itu pun di sambut baik oleh pelaku bisnis, khususnya bisnis oleh-oleh.  Dahulu sekitaran tahun 2000, oleh-oleh khas Batam adalah cake pisang Villa, yang menjadi brand pertama dengan ikon oleh-oleh khas Batam. Kini, setelah beberapa artis Ibu Kota mengambil  peluang oleh-oleh dari berbagai Kota seperti Snow Cake dari Surabaya dengan Brand nya  Zaskia Sungkar, di susul cake Napoleon dari Medan oleh Irwansyah, Bandung Makutanya Claudya Cintia Bella. Pasangan suami istri yang terkenal kompak juga tidak mau ketinggalan meluaskan area bisnis mereka hingga kekota Batam. Adalah Andhika Pratama dan Ussy Sulistyawati  membuka Gerai kue yang diberi nama Zapin Cake.  Menurut Andhika yang dilansir dari Situs Sindonews, dia membuka gerai kue di kota Batam karena terinspirasi oleh kesuksesan bisnis cake istrinya dengan cake Ciribon Kelana yang menjadi ikon oleh-oleh kota Ciribon.
Heaven Caramel
               
Cheese Me Up
Nah, berhubung cake-cake kekinian para artis ibukota lagi hits, saya pun ketiban rezeki oleh-oleh Zapin Cake dari kakak saya selepas pulang Pelatihan dari Batam.  Sebelum berangkat sih, saya nitip nya ogura punyanya Zaskia Sungkar, tahunya gegera ada teman yang posting Ozura di fbnya, tapi lantaran nggak tahu gerai Ozura dimana, dan kebetulan tempat Pelatihan Kakak saya di hotel Nagiya Hills. Jadilah yang dibawa Zapin Cake ini. Zapin cake ini adalah bolu gulung namun tekstrunya lembut sekali, ada selai creemy didalamnya. Jika dilihat dari kotaknya Zapin Cake ini ada enam varian rasa : Blueberry More, Crunchy Miss U, Chocopuccino, Cheese me Up, Heaven Caramel, Copa Banana. Kakak saya membawa dua kotak zapin cake dengan rasa Cheese dan Caramel.  Gerai Zapin Cake ini terletak di komplek Nagoya Hills Superblok Blok D No 4-5.

                Cuma saya agak sedikti heran aja, ngapa ya nggak Oki Setiana Dewi saja ya yang buka gerai cake oleh – oleh khas Batam, sebab Oki kan kelahiran Kota Batam sementara Andhika dari Malang. Eeeh, mbak Okinya malah buka gerai kue Surabaya Papata, tapi ya sudahlah namanya juga  artis, sudah tenar lama dan jika buka usaha cepat lakunya. Dan berhubung saya lagi hamil 15 minggu dan sekejap-sekejap oek-oek, jadi nggak usah dimintain pendapat soal ini, hee. Cuma dengan cake harga 60 ribu perkotak, anda nggak nyesal lah beli Zapin Cake. Dijamin nagih dan nagih lagi

Artikel ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Oktober4 Blogger Muslimah Indonesia

#ODOPOKT4
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Emak pernah nggak merasa dipandang sebelah mata oleh orang-orang lantaran memilih untuk menjadi ibu rumah tangga?. Terlebih lagi bagi emak yang lulusan sarjana bahkan lulusan universitas ternama.
“Lho kok dirumah saja”
atau,
“sayang dong dengan Ijazahnya”
atau lagi
“ bentar lagi ada test PNS tuh, nggak mau nyoba ikut test”.
Mungkin sering ya Mak, termasuk saya. Padahal, dengan memilih menjadi seorang ibu rumah tangga, ada beberapa emak yang mengalami pergolakan bathin yang panjang, hingga akhirnya memutuskan berdamai dengan kenyataan.  Siapa sih yang tidak ingin menjadi wanita karier, dandan cantik, harum dan memakai  blazer setiap pagi juga bertemu dengan banyak orang? Bukankan itu impian semasa kuliah dulu. Lulus dengan nilai baik dan mendapatkan pekerjaan sesuai bidang keahlian yang dimiliki.  Barangkali jika ditanya pada setiap mahasiswi sekarang tentang rencana selepas wisuda, maka pasti kebanyakan akan menjawab berkarier dulu, akan sedikit yang menjawab ingin menjadi ibu rumah tangga.
***
 Sebagai penghuni perumahan baru, tentu kami warga perumahan sangat senang jika rumah – rumah kosong mulai di huni oleh pemiliknya. Suatu hari ada keluarga muda yang baru menempati perumahan dimana saya tinggal. Sebagai tetangga yang yang baik saya pun menyapa dan mengajak ngobrol Ibu muda tersebut. Singkat cerita bahwa tetangga saya ini berprofesi sebagai seorang dosen. Tanpa sadar saya pun bercerita bahwa saya lulusan kampus ini dst. Lalu si tetangga ini mengatakan;
“ummi (begitu sapaanya kepada saya) sayang dong ijazahnya”
“nggak coba untuk ngajar lagi” lanjutnya.
Saya pun hanya tersenyum getir, tak mungkin pula saya jelaskan alasannya secara panjang lebar, atau mau bilang walau dirumah saya juga punya penghasilan. Ah barangkali karena saya sehari-hari hanya memakai gamis dan jilbab kaos, sehingga orang beraanggapan begitu. Padahal saat itu jadwal saya dari pagi hingga malam bisa dikatakan padat. Pagi – sore malam saya membuka bimbel dirumah, kemudian nyambil ngeblog dan terima orderan privat blog dan desain blog secara online.Yaah, walaupn penghasilan dari rumah belum bisa  menyaingi pengahasilan wanita kantoran saat ini, tapi bagi saya itu sudah lebih dari cukup karena walau dari rumah masih tetap produktif.

Baca Juga :
BUNDA AJARKAN ANAKMU UNTUK BERKARYA (Part 1)
BUNDA AJARKAN ANAKMU UNTUK BERKARYA (PART 2)

Pernah lagi saat idul fitri keponakan jauh (anak sepupu saya) berkunjung, karena penganten baru dia datang bersama istrinya. Istrinya tersebut lulusan SMF (Sekolah Menengah Farmasi), entah kenapa saya iseng bertanya, “waah lulusan farmasi, sayang dong nggak lanjut kuliah”
Tetiba sikeponakan ini menjawab :
 “ buat apa kuliah, nanti bakalan kedapur juga”
Mak Jleb, saya pun tertohok. Kemudian mengalihkan pembicaraan. Menurut  saya kuliah itu bagi seorang wanita itu penting, karena dia yang akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Di era digital ini, banyak kok pekerjaan yang hanya dikerjakan dari rumah tanpa memerlukan kantor dan  karyawan. Seperti penulis, online shop, blogger dan lainnya
Nah, mak agar emak tidak bernasib sama seperti saya, yuk simak tips kece agar emak tetap kelihatan fress layaknya wanita kantoran. Oh iya sebelumnya nih,  beberapa tahun lalu saya nonton siaran pemilihan blogger terbaik ditelevisi. Ada parodinya yang diperankan oleh Mumu sang artis wanita, ada cuplikan parodi jika si Mumu sudah dandan rapi dikamar seperti mau ke kantor, tiba di teras rumah, duduk dibangku teras lalu nyalakan laptop ;-) J, apa barangkali emaks yang kerja online harus begitu yaa J .
Yusk ah mak simak tips berikut ini :
Pertama : Atur jadwal harian dan disiplin. Mereka yang kerja kantoran tentu telah punya jadwal sendiri dari pergi kantor hingga pulang kantor. Namun emak yang kerja dari rumah juga tetap mesti disiplin dengan jadwal harian, seperti jam berapa mulai membuka laptop (atur durasinya) agar tidak terbengkalai dengan pekerjaan rumah.
Kedua : Usahakan selesai pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci selesai sebelum jam sembilan pagi (untuk emak yang punya anak usia sekolah)
Ketiga : Mandi pagi setiap  hari dan berpalaianlah yang rapi (jaga penampilan)
Kempat : Jaga pola hidup sehat
Kelima : jika dirasa penghasilan dari online cukup menjanjikan dan sedikit menyita waktu, gunakan jasa pembantu jika diperlukan.

Kelima : Gunakan waktu akhir pekan buat keluarga.

Tulisan ini diikut sertakan dalam One Day One Posting Blogger Muslmah Indoensia 
#ODOPOKT3
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar



1. BUNDA AJARKAN ANAKMU UNTUK BERKARYA (PART 2)

2. Bunda, Ajarkan Anak Kita untuk Berkarya

3. 10 Alasan Pentingnya Makan Bersama di Dalam Keluarga

4. BUNDA AJARKAN ANAKMU UNTUK BERKARYA (Part 1)

5. Hamil Dengan Mioma

6. Tips Kece Buat Emak Yang Penya Penghasilan Dari Internet

7,Zapin Cake : Icip-Icip Bolu Kekinian Dari Batam
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dokumen Pribadi
Setiap orang punya sejarah dalam kehidupannya, tentunya sejarah atau kenangan yang selalu membekas dihati tak akan pernah terlupakan. Ada kenangan manis, ada pula kenangan pahit. Maka segala peristiwa yang pernah singgah jadikan pembelajaran dimasa mendatang.

Kawan, ingatkah saat kita bersama mengukir sejarah. Berpacu agar bisa diterima pada sebuah sekolah di kaki Gunung Merapi. Memilih untuk tinggal diasrama berjauhan dengan keluarga. Bersaing dengan puluhan siswi yang juga punya keinginan sama. Kita hanya 33 orang putri yang berhasil diterima pada kelas program khusus itu. Kelas dimana kita harus menguasai dua bahasa Asing serta harus bisa membaca kitab-kitab berbahasa Aran tanpa baris. Di awal belajar, kita hanya  mampu menangis, lantaran sulitnya membaca huruf-huruf arab gundul. Tapi apa daya, kita tak bisa mengadu merengek akan sulitnya pelajaran kepada orangtua, sebab kita kesani murni atas keinginan sendiri.

Kawan, masih ingatkah kalian di awal-awal masa perkenalan asrama. Kita dihadapkan pada masa-masa orientasi, baik itu diasrama maupun orientasi disekolah yang cukup melelahkan. Kita di bangunkan pukul 4 pagi, di paksa mandi dengan suhu 17 derajat celcius. Mulut – mulut kita keluar asap ketika berbicara, pakaian dilemari pun terasa sejuk. Kita harus kompak, begitu yang selalu di dengungkan para senior. Oleh mereka kita didik untuk bisa berprilaku sopan. Bertutur kata yang baik  Patuh dan hormat kepada yang lebih tua. Kita disuruh segala macam arahan oleh mereka, mulai dari menyanyi, membaca puisi, menghitung luas aula asrama dengan jengkal dan banyak lagi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Masa orientasi selama seminggu itu memang menjadi mimpi buruk buat kita. Namun justru dikemudian hari, itu menjadi kenangan manis yang tak pernah terlupakan.

Kawan, masih ingatkan kalian, ketika kegiatan sekolah telah bejalan. Kita pun berjalan maju melupakan masa lalu, mengubur kenangan jahiliyah kita dimasa A Be Ge. Memutuskan untuk melupakan sang kekasih, mengganti celana jins dengan rok panjang. Memakai baju longgar, jilbab kita semakin menutupi dada dan segala konsumsi bacaan kita yang dulunya adalah majalah Aneka Yess, Majalah Gadis dan majalah HAI bertukar dengan majalah Annida, Sabili dan buku-buku Islami. Kitapun menjadi lebih religi. Menunduk malu menjaga pandangan ketika bertemu yang bukan muhrim. Di mana masa itu, usia kita belumlah genap 17 tahun, namun kita telah berpikiran jauh dengan berkomitmen tidak ada pacaran sebelum pernikahan.

Masa remaja kita sungguh menyenangkan, walau tanpa pacaran, merayakan valentine apalagi untuk nonton di bioskop, kita meletakkan cinta Allah diatas segala-galanya. Karena kita adalah para gadis lugu yang mondok pada sebuah desa dikaki gunung Merapi dan Singgalang. Hari – hari kita disi dengan tilawah Al Qur’an, diskusi seputar permasalahn agama juga membahas kitab tanpa baris.

Kawan, 15 tahun sudah kita meninggalkan sekolah itu, Jika saat ini kita masih seperti dulu, itu adalah doa dari para asatiz agar kita tetap istiqamah. Namun jika saat ini kita tak lagi bisa menjaga aurat, atau lagi dalam dilema, merasa diri futur, maka jangan lupakan sejarah, bahwa dulunya kita adalah seorang santri yang pernah berpakaian rapi, menutup aurat secara sempurana.


#Dari seorang teman yang sangat merindukan teman-teman seperjuangan.

Images : Web Wikipedia


Tulisan ini diikut sertakan dalam One Day One Posting Blogger Muslmah Indoensiaa 
#ODOPOKT1
Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar
Menyambung cerita saya kemaren tentang anggapan kesuksesan bagi kebanyakan orang.  Bahwa sukses itu adalah ketika bisa duduk dibelakang meja, memakai baju kemeja mahal plus berdasi atau blazzer bagi wanita dengan mendapat gaji setiap bulannya. Barangkali itu adalah impian dari semua mahasiswa, termasuk saya pada saat itu. Bersungguh-sunguh kuliah, mendapatkan nilai bagus, lalu diterima diperusahaan atau lolos seleksi CPNS kemudian bekerja sesuai dengan bidang keahlian.
                Namun apa jadinya jika kenyataan tidak sesuai harapan. Bahwa yang sebenarnya adalah sulitnya lapangan pekerjaan di negara kita, hanya mengandalkan selembar ijazah namun minim skill hingga petantang-petenteng membawa ijazah kesana kemari untuk melamar pekerjaan. Sedikitnya lapangan pekerjaan membuat tingkat pengangguran semakin tinggi. Akhirnya banyak yang frustasi hingga terlintas sebuah anggapan “buat apa kuliah jika pada akirnya hanya menjadi kulli bangunan atau buat apa kuliah jika pada akhirnya hanya dirumah saja”.
                Jika kejadiannya sudah seperti itu, siapa yang mesti disalahkan?? Apa orang tua yang dulu hanya mendidik untuk belajar, belajar yang tekun tak usah pikirkan biaya dll, atau kitanya yang kurang kreatif untuk mengembangkan skill yang dimiliki. Banyak wanita lulusan sarjana akhirnya terbentur persoalan anak hingga memilih berdamai dengan kenyataan dan memilih untuk dirumah dengan mengesampingkan egonya untuk berkarier.  Selembar ijazah dengan IPK diatas 3 setengah, lama kelamaan tidak ada artinya jika tidak ada skill dalam diri. Sulitnya lapangan pekerjaan atau kodratnya perempuan adalah dirumah membuat pentingnya seseorang untuk berkarya dengan terus mengasah skill yang dimiliki.

                Mari kita belajar dari pengalaman, jika dahulu orangtua kita mengajarkan hal seperti itu hanya untuk tekun belajar tanpa mengasah skill, berdamailah dengan keadaan sebelum usia menjelang 40 tahunan teruslah mengasah skill yang dimiliki, carilah passion yang sesuai dengan diri dan teruslah mengasah passion tersebut hingga menghasilkan. Kemudian arahkan anak sedari dini untuk bekaryaa, berwira usaha khususnya anak perempuan. Seperti mengajari masak, menjahit, menulis dan lain-lain, agar suatu waktu jika takdir anak gadis kita nantinya berada dirumah dia telah siap dengan skill yang dimiliknya.Karena, memasuki era digital, banyak pekerjaan yang tak perlu kantor, atau dengan di rumah saja, namun tetap menghasilkan

photo : pixbay

Baca juga : Bunda Ajarkan anakmu untuk Berkarya (Part 1)
Share
Tweet
Pin
Share
13 komentar

                Saya dan suami berbeda karakter. Mungkin itu yang namanya jodoh, saling mengisi kekurangan masing –masing, saya yang selalu pesimis,  ragu-ragu dan penakut dipertemukan Allah dengan laki-laki yang selalu bahkan menurut saya sangat optimis, tidak takut sama sesiapun (kecuali Allah)/pemberani dan cepat mengambil keputusan. Termasuk berbeda latar belakang, saya dilahirkan dari kedua orang tua yang bekerja, sementara ibu mertua saya adalah seorang ibu rumah tangga.
                Saya lahir dikota kecil, kedua orangtua saya berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Karena Ibu saya adalah wanita pekerja, jadi kami sedari kecil sudah terbiasa mengurus keperluan sendiri-sendiri. Jika lapar, lauk pauk sudah tersedia dalam tudung saji diatas meja makan, tinggal makan sendiri-sendiri. Karena semua serba dilakukan sendiri, maka jarang sekali ada momen makan bersama didalam keluarga kami, kecuali saat buka puasa di bulan Ramadhan.
                Hal ini bertolak belakang dengan keluarga suami, beliau lahir dan besar di kaki bukit pada salah satu kampung diSumatera Barat. Di kampung-kampung laki-laki minang bisa dikatakan jarang sekali menginjak dapur. Semua keperluan dilayani oleh istri. Pada waktu jam makan, setiap keluarga akan makan bersama, hidangan diletakkan diatas tikar yang telah terbentang, semua anggota keluarga duduk untuk makan bersama. Ibu mertua dan anak-anaknya tidak akan makan sebelum sang Ayah pulang dari ladang. Apa begitu panggilan untuk ayah mertua saya, saat beliau pulang dari ladang, maka piring dan lauk-paukpun dihidangkan, setelah selesai makan, barulah piring-piring diangkat dan dibersihkan. Namun setelah makan, anggota keluarga tidak langsung berpencar, ada beberapa obrolan dan nasehat-nasehat dari ayah mertua saya.  Apalagi jika pada saat moment makan malam, setelah piring dibersihkan, ayah mertua memulai diskusi, tak jarang disikusi sesama anggota keluarga hingga larut malam. Itulah yang terjadi dikeluarga suami hingga sekarang.
Tradisi dalam keluarga saya, jika dilihat mungkin lebih terkesan praktis dan tidak merepotkan satu sama lain. Tapi justru hal itu berdampak hingga kami dewasa, keakraban sesama saudara jadi agak berkurang.Ketika ada masalah kami selalu menyelesaikannya sendiri-sendiri. Jarang sekali bermbuk untuk bermusyawarah. Apalagi ketika televisi sudah berada dikamar masing-masing, maka ruang keluarga pun kini terlihat lengang. Karena anggota keluarga lebih nyaman berada didalam kamar.
Bagi keluarga suami, yang telah terbiasa berdiskusi setelah makan, menjadikan mereka akrab sesama saudara hingga dewasa. Ketika ada suatu  masalah,  hal itu didiskusikan bersama kemudian dicarikan jalan keluarnya. Bahkan ketika anak-anak telah berpencar hidup dirantau. Ketika ada permasalahan, suami tetap menelpon adik-adiknya berembuk untuk meminta pendapat. Tradisi itu yang saya terapkan keanak-anak, walaupun anak-anak masih kecil, ketika buyanya lagi dirumah, kami makan bersama mereka bisa makan sendiri-sendiri termasuk sikecil Adam yang usianya empat tahun. Tapi sejak saya hamil, saya ngungsi sementara kerumah orangtua. Saya sering sekali kerepotan sebab anak-anak susah untuk makan, terpaksa saya harus menyuapkan satu persatu.
Tradisi keluarga akan berbeda-beda, namun jangan remehkan moment makan bersama sesama anggota kelaurga karena itu adalah hal yang sangat penting, pada saat itulah seluruh anggota keluarga berkumpul.
Berikut 10 Alasan pentingnya  makan bersama yang di kutip dari situs Kompas.com
1. Nutrisi lebih baik. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa keluarga yang makan bersama-sama memiliki nutrisi yang lebih baik secara keseluruhan. Hal ini juga menurunkan risiko berbagai penyakit dan obesitas. Anak-anak dan orangtua mereka akan lebih banyak makan sayuran, sehingga mendapatkan lebih banyak vitamin dan nutrisi.
2. Performa anak-anak lebih baik di sekolah. Menurut sebuah penelitian tahun 2005 di Universitas Columbia, remaja yang makan bersama keluarga mereka setidaknya lima kali seminggu lebih mungkin mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah. Anak-anak yang makan dengan keluarga mereka juga memiliki sikap yang lebih positif tentang masa depan mereka.
3. Meningkatnya komunikasi. Makan malam bersama dalam keluarga untuk memberi kesempatan untuk komunikasi. Percakapan selama makan memberi kesempatan bagi keluarga untuk menjalin ikatan dan terhubung satu sama lain. Hal ini juga memungkinkan orangtua dan anak-anak untuk mendiskusikan topik-topik menyenangkan dan serius, dan saling belajar.
4. Mengembangkan keterampilan sosial. Makan bersama juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial yang baik karena mereka belajar menjadi pendengar yang baik, dan sabar menunggu sementara orang lain sedang berbicara.  Mereka juga menjadi ingin tahu tentang orang lain bukan hanya fokus pada diri sendiri.

5. Mengajarkan sopan santun di meja makan.
 Kesempatan yang baik bagi orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka sopan santun di meja makan. Jika anak-anak tumbuh tanpa tata krama di meja makan, itu akan menciptakan banyak masalah bagi mereka dalam keberhasilan masa depan mereka.
6. Mengurangi penyalahgunaan zat. Menurut sebuah penelitian oleh Pusat Nasional Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat di Universitas Colombia, keluarga yang tidak makan malam bersama tiga setengah kali lebih rentan terhadap penyalahgunaan resep dan obat lainnya. Makan malam keluarga tentu mengurangi tingkat penyalahgunaan zat di kalangan orang dewasa dan anak-anak dalam keluarga.

7. Hubungan baik. 
Makan malam keluarga merupakan kesempatan yang ideal untuk memperkuat ikatan keluarga. Anak-anak dapat menggunakan waktu makan malam untuk membicarakan hal-hal penting atau meminta orang tua mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Kegiatan membangun hubungan juga bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak terutama saat mereka menghadapi masalah-masalah yang lebih sulit di usia remaja.

8. Lebih hemat. Makanan beli tentunya lebih mengeluarkan biaya daripada makanan yang disiapkan di rumah. Jadi, ini akan menghemat banyak uang dalam jangka panjang.

9. Meningkatkan cita rasa anak-anak. Makan bersama berarti memasak makanan yang umum untuk seluruh anggota keluarga. Dengan cara ini, anak mengenal makanan baru dan tidak menjadi rewel tentang pilihan makanan.

10. Struktur dan rutin. Rutinitas membantu anak-anak menemukan organisasi dan kemantapan dalam kehidupan keluarga mereka. Makanan keluarga secara teratur memberikan anak-anak rasa yang normal dan mereka dapat menikmati saat-saat ini setiap hari.



                
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Setelah membaca tulisan mbak Nurul tentang Perempuan harus bergerak statis, Saya jadi tergerak untuk menuliskan tentang perlunya anak-anak di ajarkan untuk berkarya sedari dini. Di era digital, segala perubahan terus berpacu, yang cepat akan melesat maju, dan yang lamban akan ketinggalan. Begitu juga halnya dengan perempuan, gembar- gembor emansipasi menjadikan sebagian wanita meninggalkan kodratnya dari seorang ratu dirumah menjadi wanita pekerja. Dahulu kaum perempuan hanya terkukung dirumah, namun kini perempuan bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya kemudian mengecap karier yang gemilang. Namun satu hal yang  perlu diingat, setinggi apapun pendidikan yang ditempuhnya, tetap pada akhirnya rumah adalah tempat labuhan ternyaman yang menjadikannya seorang ratu didalam rumah.
Seingat saya dahulu semenjak sekolah dasar hingga selesai bangku perkuliahan. Pendidikan di negara kita hanya menekankan bahwa sukses itu dengan mendapatkan pekerjaan layak (menjadi pegawai), maka tak heran ketika ditanya apa cita-cita, maka banyak yang menjawab ingin menjadi dokter, guru, insyinyur dll.   Termasuk saya yang saat itu ingin sekali menjadi seorang guru, karena kedua orang tua adalah guru. Allm Ibu adalah wanita luar biasa, semasa kecil hingga sebelum beliau berpulang saya selalu setia mendengar kisah perjuangan beliau hingga menjadi seorang sarjana dan bisa sukses menjadi seorang guru.
                Beliau bercerita, dimasa-masa sekolah tetap membantu kakak-kakaknya kesawah dan mengembala kerbau untuk biaya sekolah, banyak cemeehan dari orang-orang yang meragukan kegigihan ibunda untuk bisa sekolah karena terkendala dengan ekonomi yang sulit masa itu. Berkat kegigihan ibunda, beliau mampu meraih gelar sarjana dan menjadi seorang guru. Karena tidak mau anak-anak juga mengalami kesulitan seperti yang dialami ibu. Ibu saya selalu berpesan agar kuliah tinggi dan bisa bekerja nantinya (pegawai negeri : karena kedua orang tua saya adalah PNS).  Barangkali bukan saja saya yang mendapat motovasi seperti itu, banyak juga dari kita yang memiliki tanggung jawab dari  haapan orang tua, karena bagi sebagian orang sukses itu adalah mendapat pekerjaan layak dan duduk dibelakang meja.
                Bahkan menurut ayah saya yang saat in telah berusia 74 tahun, bagi beliau sukses adalah dengan menjadi seorang pegawai negeri. Kerja tidak terlalu berat, namun mendapat jaminan gaji setiap bulan tanpa terancam PHK, bahkan setelah pensiun pun uang pensiuan masih terus mengalir setiap bulannya. Ayah saya berpendapat begitu bukan tanpa alasan, karena di usia saat ini, beliau menerima uang pensiun ganda, tambahan dari almarhum ibu, jika ditotal lima juta kurang, dan itu tidak pernah telat setiap bulannya. Dengan jumlah uang segitu, ayah tidak lagi menysahkan anak-anak, bahkan anak-anak saya selalu mendapat jatah uang jajan setiap bulan dari atoknya.

Bersambung 

Photo Pixbay
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Penulis


Ibu lima anak, lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Arab yang senang menulis, dan sekarang berprofesi sebagai ghost writer, content writer dan blogging mentor
Baca Selengkapnya >

: hafizhafizah32@gmail.com

: +62853 6423 8802


Komunitas


Yang Banyak Dibaca Bulan Ini

  • Menampilkan Blog Mobile Friendly Pada Blogspot
    Cara termudah agar tampilan blog anda mobile friendly adalah dengan mengatifkan fitur seluler dengan cara : 1. Masuk ke ha...
  • LOMBA MENULIS CERPEN DEADLINE AGUSTUS 2015
    Perlombaan menulis cerita pendek dengan tema “Damn! I’m in Love” sebagai rangkaian dari acara Psychofest (Psychology Festival) 2015. Peser...
  • Inilah Khasiat Kurma Muda Yang Belum Kamu Ketahui
    Dokumen Pribadi Kata orang, wanita hamil itu suka makan yang asem-asem seperti mangga muda atau kedondong. Namun sejauh pengalaman say...
  • Ingin Mendapatkan Uang Dari Blog? Begini Caranya
    Sejak postingan saya di facebook tentang penghasilan dari googe adsense, banyak yang bertanya bagaimana sih ngeblog itu bisa menghasil...
  • Ogura Batam : Cake Zaman Now Dan Kisah Sedih Dibaliknya
    Foto : rahayuasda Karena sedang hamil muda selera saya pun kepengen yang macam-macam. Apalagi gaweannya tiap hari melototin facebook, ...

Tulisan Terbaru

Categories

  • Blogging
  • Cerita Kehamilan
  • Curcol
  • Harbolnas1212/2017
  • Info Lomba
  • Jalan - jalan
  • Kehamilan
  • Parenting
  • Penulis Zana Now
  • Resep
  • Review
  • Storytelling
  • Tentang Saya

Facebook

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  March (1)
      • Kenapa Menulis?
  • ►  2024 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  April (4)
  • ►  2021 (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (31)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (7)
    • ►  August (4)
    • ►  July (7)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (38)
    • ►  December (5)
    • ►  November (9)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (89)
    • ►  December (11)
    • ►  November (9)
    • ►  October (12)
    • ►  September (8)
    • ►  August (9)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (3)
    • ►  April (8)
    • ►  March (7)
    • ►  February (2)
  • ►  2016 (21)
    • ►  August (1)
    • ►  July (11)
    • ►  June (4)
    • ►  May (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2015 (28)
    • ►  October (1)
    • ►  July (25)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2010 (1)
    • ►  June (1)

Created with by ThemeXpose | Copy Blogger Themes